MUSEUM Benteng Vredeburg: Sejarah & Tiket Masuk 2024

[man-table-summary id=”bentengvredeburg”]

Benteng Vredeburg merupakan salah satu wisata sejarah yang ada di kota Yogyakarta. Benteng ini merupakan peninggalan Belanda yang mempunyai nilai histori panjang dan masih ada hingga saat ini.

Kini, benteng tersebut telah menjadi museum yang di dalamnya menyimpan berbagai macam karya seni seperti bangunan, patung, dan juga senjata peninggalan zamab Belanda.

Sejarah

sejarah benteng vredeburg

Benteng ini pertama kali di bangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1760 atas perintah dari Gubernur Belanda  dari Direktur Pantai Utara Jawa, Nicolaas Harting.

Dalih dari pembangunan benteng ini adalah untuk menjaga keamanan keraton. Tetapi aslinya adalah agar pihak Belanda lebih mudah untuk mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam keraton.

Awal pembangunan benteng ini hanya berbahan dasar tanah dan juga kayu yang menjadi penyangganya.

Kemudian di tahun 1767, Gubernur Belanda yang bernama W.H. van Ossenberg meminta agar benteng diperkuat lagi menjadi permanen.

Kemudian hal tersebut di iyakan oleh Ir. Frans Haak (seorang ahli ilmu bangunan asal Belanda). Karena pada saat itu HB I sedang sibuk membangun keraton.

Tahun 1787 pemabangunan benteng selesai dan diganti nama menjadi  “Rustenberg” yang berarti benteng peristirahatan.

Di tahun 1867, kota Jogja mengalami gempa bumi yang mengakibatkan rusaknya benteng tersebut. .

Setelah perbaikan selesai, benteng itupun berganti nama kembali menjadi “Vredeburg” yang berarti benteng perdamaian.

Nama tersebut menjadi sebuah manifestasi hubungan antara Keraton dan Belanda supaya tidak saling menyerang.

Baca: Museum De Mata Jogja

Tentang Museum

1. Tahun 1760 – 1765

Merupakan tahun awal pembangunan benteng dengan status tanah tetap punyai keraton, namun pemakainnya tetap di bawah pengawasan dari Gubernur asal Direktur Pantai Utara Jawa yang bernama Nicolaas Harting.

2. Tahun 1765 – 1788

Status kepemilikan tanah secara formal adalah milik keraton, namun penguasaan benteng serta tanah di bawah kekuasaan Belanda atas perintah Gubernur W.H. Ossenberg.

3. Tahun 1788 – 1799

Status kepemilikan tanah tetap milik keraton, dan di kala ini benteng telah dimanfaatkan secara utuh oleh pihak VOC.

4. Tahun 1799 – 1807

Status kepemilikan tanah secara formal tetap milik keraton, serta pemakaian benteng secara de facto menjadi kepunyaan pihak Belanda dengan naungan Gubernur van de Burg.

5. Tahun 1807 – 1811

Status kepemilikan tanah secara formal tetap milik keraton, serta pemakaian benteng secara de facto menjadi kepunyaan pihak Belanda dengan naungan Gubernur Daendels.

6. Tahun 1811 – 1816

Status kepemilikan tanah secara yuridis tetap milik keraton, lalu secara de facto dikuasai oleh pihak Inggris atas naungan Gubernur Jenderal Raffles.

7. Tahun 1816 – 1942

Status kepemilikan tetap milik keraton serta secara de facto dikuasai oleh pemerintah Belanda.

Hingga menyerahnya Belanda ke Jepang serta benteng lalu dikuasai sepenuhnya oleh pihak Jepang dengan ditandangani adanya Perjanjian Kalijati di Jawa Barat pada bulan Maret 1942.

8. Tahun 1942 – 1945

Status kepemilikan tetap milik keraton serta secara de facto dikuasai oleh Jepang untuk dijadikan sebagai:

  • markas tentara kempeitai
  • gudang mesiu
  • rumah tahanan untuk orang asal Belanda serta Indo-Belanda dan juga kaum politisi RI yang dianggap menentang Jepang.

9. Tahun 1945 – 1977

Status kepemilikan tetap milik keraton. Kemudian selepas Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan pada tahun 1945, benteng kemudian diambil alih oleh instansi militer RI.

Tahun 1948 bentek ini sempat diambil alih temporary oleh pihak Belanda pada waktu agresi Belanda kedua.

Serta setelah Serangan Umum di tanggal 1 Maret 1949, benteng kemudian dikelola oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia).

10. Tahun 1977 – 1992

Status pengelolaan benteng telah diserahkan dari pihak Hankam terhadap Pemerintah Daerah Yogyakarta.

Kemudian di tanggal 9 Agustus 1980 diselenggarakan perjanjian mengenai fungsi dari bBnteng Vredeburg antara Sri Sultan HB IX dengan Mendikbud Dr. Daud Jusuf.

Pada tanggal 5 November 1984 kemudian perjanjian tersebut diperkuan dengan adanya pernyataan dari Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto jika bekas Benteng Vredeburg akan dimanfaatkan sebagai suatu museum.

Pada tahun 1985, kemudian Sri Sultan mengizinkan mengadakan perubahan bangunan sesuai dengan keperluannya untuk dijadikan sebuah museum.

Pada tahun 1987, barulah benteng ini dibuka untuk umum. Tentang status tanah di periode ini tetap kepunyaan Kasultanan Yogyakarta atau keraton.

11. Tahun 1992 – sekarang

Berdasarkan dari SK Mendikbud RI Profesor Fuad Hasan No. 0475/0/1992 pada tanggal 23 November 1992 Benteng Vredeburg secara resmi telah menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional.

Yang bernama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Musem ini menempati lahan seluas 46.574 meter persegi.

Pada tanggal 5 September 1997, dalam rangka untuk meningkatkan nilai manfaat dari museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta memperoleh gibah untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta

Hal tersebut didasari dengan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT.001/MKP/2003 pada tanggal 5 Desember 2003.

Baca: Stonehenge Jogja

Koleksi

Bangunan:

  • Selokan
  • Parit
  • Jembatan
  • Tembok (benteng)
  • Pintu gerbang
  • Bangunan di dalam benteng
  • Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

Realia (material nyata, bukan tiruan):

  • Peralatan rumah
  • Senjata
  • Naskah
  • Pakaian
  • Peralatan dapur
  • Kursi
  • Meja
  • Dan yang lainnya.

Koleksi lain:

  • Foto
  • Miniatur
  • Replika
  • Lukisan
  • Dan benda hasil kreatifitas visualisasi lainnya.

Diorama peristiwa bersejarah:

  1. Ruang Diorama I
    Terdiri atas 11 buah diorama yang mengisahkan kejadian bersejarah yang pada periode Perang Diponegoro hingga periode pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-1942).
  2. Ruang Diorama II
    Terdiri atas 19 buah diorama yang mengisahkan kejadian bersejarah sejak dari masa Proklamasi hingga Agresi Militer Belanda I (1945-1947).
  3. Ruang Diorama III
    Terdiri atas 18 buah diorama yang mengisahkan kejadian bersejarah sejak dari Perjanjian Renville hingga pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949).
  4. Ruang Diorama IV
    Terdiri atas 7 buah diorama yang mengisahkan kejadian bersejarah masa Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga masa Orde Baru (1950-1974).

Baca: Merapi Park

Fasilitas

  • Ruang pengenalan
  • Ruang audiovisual
  • Ruang Pertunjukan
  • Ruang Seminar, Diskusi, Pelatihan serta Pertemuan
  • Media interaktif
  • Pemandu
  • Mushola
  • Area parkir
  • Perpustakaan
  • Ruang Belajar Kelompok
  • WiFi
  • Kamar mandi
  • Ruang Tamu

Lokasi

Museum Benteng Vredeburg berada di alamat: Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122.

Rute

Lokasi menuju meseum sangat mudah dijangkau dari segala arah. Apabila kalian dari arah pusat Kota Jogja maka tinggal berjalan ke arah utara selama sekitar 2 menit perjalanan hingga sampai ke lokasi Museum Benteng Vredeburg.

Jarak yang ditempuh dari arah pusat kota Jogja menuju Museum Benteng Vredeburg hanya berjarak sekitar 190 meter.

Jam Operasional

Museum Benteng Vredeburg memiliki jam kunjungan dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Selasa – Kamis: 07.30 WIB – 16.00 WIB.
  • Jumat – Minggu 07.30 WIB – 16.30 WIB.
  • Hari Senin serta hari libur nasional: Tutup

Kontak

  • Email: [email protected] 
  • Facebook: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
  • Blog: museumvredeburg.blogspot.com

Harga Tiket Masuk

KeteranganHarga
DewasaRp3.000
Dewasa RombonganRp2.000
AnakRp2.000
Anak-anak RombonganRp1.000
WNARp10.000

Semoga bermanfaat.

Photo of author

Dwi Okta

Mahasiswi jurusan pariwista di salah satu Universitas di Indonesia.