Pura Besakih: Keunikan & Tiket Masuk 2024

[man-table-summary id=”purabesakih”]

Seperti yang telah kita ketahui, Pulau Dewata Bali memiliki berbagai macam pura yang indah dan juga mengesankan. Salah satu pura di Bali yang terkenal adalah Pura Besakih.

Pura Besakih menjadi salah satu kawasan yang paling penting diantara beberapa lokasi pura yang ada di Pulau Bali. Sebab, pura ini merupakan pura terbesar yang ada di Indonesia.

Sejarah

sejarah pura besakih

Menurut cerita dari Babad Bali sejarah dari berdirinya Pura Besakih awal mulanya pada saat seorang pemuka agama Hindu yang bernama Rsi Markandeya keturunan dari India mengembara di Pulau Bali dengan mengikuti suara gaib yang ia peroleh pada saat bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng.

Suara tersebut meminta beliau untuk membuka hutan yang ada di Pulau Dawa (Pulau Bali) yang kemudian dibagikan terhadap seluruh pengikutnya.

Namun perjalanan Rsi Markandeya tak berjalan mulus, sebab para pengikutnya ada yang meninggal akibat diterkam oleh binatang buas atau ada juga yang terserang penyakit.

Selepas melakukan upacara Dewa Yadnya, pada akhirnya rombongan Rsi Markandeya tiba di lokasi lereng Gunung Agung.

Serta disanalah mereka menjumpai beragam peninggalan dari masa prasejarah layaknya menhir serta peninggalan lainnya yang ada di puncak suatu bukit.

Disana, Rsi Markandeya juga menanam kendi yang berisikan logam serta air suci.

Logam tersebut diantaranya seperti: logam perak, logam emas, logam besi, logam tembaga, dan juga logam perunggu. Kelima logam itu kemudian oleh masyarakat Bali disebut sebagai Pancadatu.

Sebuah prasasti juga menyebutkan jika Pura Besakih dibangun di tahun 1284 oleh Rsi Markandeya dan juga oleh para pengikutnya.

Tak hanya logam saja, Rsi Markandeya juga menanam permata yang disebut sebagai Mirahadi yang memiliki arti mirah utama.

Tempat penanaman kendi tersebut kemudian diberi nama Basuki yang berarti selamat. Diberi nama Basuki yang berarti selamat ini sebab di dalam perjalanan perambasan hutan, para pengikut dari Rsi Markandeya dapat selamat dalam melaksanakan tugasnya.

Serta seiring berjalannya waktu, nama Basuki tersebut kemudian berubah menjadi Besakih.

Selain cerita dia atas, ada juga sebagian dari para ahli sejarah yang percaya jika cikal bakal Pura Besakih telah dibangun sejak tahun 163 Masehi. Hal tersebut jauh sebelum Candi Borobudur serta Candi Prambanan yang didirikan oleh Kerajaan Mataram Hindu.

Namun yang pasti, pura ini sudah ada sejak pada abad ke-15 Pura Besakih ditetapkan menjadi pura kerajaan di masa kekuasaan Dinasti Gelgel.

Pengenalan

pura besakih bali

Pura Besakih merupakan salah satu pura terbesar untuk umat Hindu yang ada di Pulau Bali, tepatnya berada di Kabupaten Karangasem. Lokasinya ada di lereng barat daya, yang berjarak sekitar 7,5 km dari arah puncak Gunung Agung.

Pura ini juga dipercaya oleh masyarakat Bali mempunyai hubungan dengan latar belakang makna dari Gunung Agung. Gunung tertinggi di Pulau Bali itu diyakini adalah ‘Istana Para Dewata’ yang merupakan utusan Tuhan untuk kawasan Bali.

Pura ini terletak di atas ketinggian 1000 mdpl, dengan jarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari arah kota Denpasar.

Nama Besakih sendiri berasal dari bahasa Sansekerta ‘wasuki’ serta bahasa Jawa Kuno ‘basuki’ yang memiliki arti selamat.

Luas kompleks ini sekitar 20 hektar, yang terdiri atas 22 kompleks pura dengan pusatnya yang berada di Pura Penataran Agung serta 16 kompleks Pura Pedharman..

Di pura umum, para pengunjung dapat bebas untuk berdoa atau bersembahyang disana. Sementara untuk pura pedharman khusus bagi pengunjung yang ingin beribadah sesuai dengan kastanya.

Di tempat ini banyak ditemukan peninggalan zaman megalitikum, seperti: menhir, tahta batu, serta struktur teras pyramid.

Pusat dari pura nya bernama Pura Penataran Agung yang merupakan pura terbesar. Bangunannya terdiri atas tujuh tingkat dengan tiga arca utama yakni Dewa Brahma, Wisnu serta Siwa.

Struktur bangunan dari Pura dibuat dengan menggunakan konsep arah penjuru mata angin.

Pada umumnya, atap dari pura Besakih terbuat dari bahan ijuk yang tersusun dengan jumlah ganjil. Yaitu 1, 3, 5, 7, 9, 11 yang memiliki arti keberuntungan dalam agama Hindu.

Objek Wisata

Berikut ini adalah beberapa objek wisata yang berada di area Pura Besakih, antara lain ialah sebagai berikut:

1. Taman Air Tirta Gangga

pura agung besakih

Taman air Tirta Gangga adalah taman air yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Karangasem, Bali.

Lokasinya sekitar lima kilometer dari arah pusat Kota Karangasem. Taman ini memiliki konsep bangunan yang hampir mirip dengan Istana Air Taman Sari yang ada di kota Yogyakarta, hanya saja memiliki ukuran yang lebih kecil atau sekitar 1,2 hektar saja.

Yang menjadi ciri utama atau daya tarik tempat ini adalah adanya kolam mata air yang berisi ikan beserta patung-patung yang artistik. Dan juga terdapat suatu sebuah kebun serta hotel di dalamnya yang namanya sama dengan objek wisatanya.

Baca: Waterbom Bali

2. Pura Tirta Empul

denah pura besakih

Pura Tirta Empul adalah sebuah pura suci untuk umat Hindu Bali yang berada di Desa Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Pura satu ini dikenal dengan adanya taman air suci yang sumber airnya berasal dari pegunungan serta sering dipakai untuk membersihkan diri.

Secara etimologi, Tirta Empul mempunyai arti air yang menyembur keluar dari dalam tanah.

Pura ini diyakini telah berdiri sejak pada tahun 960 Masehi atau tepatnya sejak pada zaman kekuasaan Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa.

3. Desa Penglipuran

tiket masuk pura besakih

Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat ikonik yang ada di Pulau Bali.

Yang mana masyarakat adat desa tersebut masih sangat memegang teguh serta mempertahankan tradisi, budaya, dan juga kearifan lokalnya secara turun temurun.

Gaya arsitektur berbagai rumah adat di Desa Penglipuran juga hampir seragam lengkap dihiasi dengan penjor yang ada pada setiap gerbang rumah.

Desa ini adalah peninggalan dari Kerajaan Bangli yang juga dikenal sebab keasrian serta kebersihannya.

Jika kalian hendak menilik Pulau Bali di masa lalu, maka kalian harus berkunjungan ke Desa Penglipuran ini.

Baca: Desa Penglipuran

4. Dive Spot Desa Tulamben: USAT Liberty Ship Wreck

Dive Spot Desa Tulamben

Tulamben merupakan desa yang berada di ujung timur Pulau Bali yang wilayahnya masuk ke dalam Kabupaten Karangasem, tepatnya di Kecamatan Kubu.

Tulamben begitu terkenal karena menjadi lokasi wisata penyelaman.

Sebab pantai yang ada disini menjadi lokasi dive spot yang sangat terkenal di kalangan turis, wisatawan, ataupun penyelam manca negara.

Dive spot itu merupakan bangkai kapal karam yang bernama USAT Liberty Ship Wreck yang merupakan sebuah kapal militer tentara Angkatan Darat Amerika Serikat yang tenggelam selepas diserang dengan menggunakan torpedo oleh kapal selam Jepang di masa perang dunia ke dua tahun 1942.

Lokasi penyelamannya juga tergolong cukup mudah, jaraknya hanya sekitar 25 meter dari arah bibir pantai dengan kedalamannya antara 5 sampai 25 meter di bawah permukaan laut.

Baca: Splash Waterpark Bali

5. Pantai Amed

Pantai Amed

Pantai Amed adalah salah satu pantai eksotik yang ada di Pulau Bali. Tepatnya berada di Desa Amed, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.

Jarak pantai ini dari arah pusat kota Denpasar kurang lebih 78 kilometer atau memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan darat.

Pantai ini sangat terkenal akan panorama matahari terbitnya serta kehidupan biota bawah lautnya yang sangat menawan.

Untuk kalian para pecinta olahraga selam scuba dan juga snorkeling, Pantai Amed pastinya akan menjadi tempat yang sangat pas untuk kalian datangi.

Tak hanya itu saja, garis pantai ini juga cukup panjang, kalian dapat mengabadikan foto dari atas bukit.

Fasilitas

  • Penginapan
  • Warung makan dan minum
  • Sewa transportasi
  • Pemandu wisata
  • Penjual buah
  • Penjual cinderamata

Lokasi

Pura Besakih berada di alamat: Besakih, Rendang, Karangasem, Bali, Indonesia, 8086.

Rute

  • Kendaraan Pribadi

Terminal Mengwi

Jika kalian memulai perjalanan dari arah terminal Mengwi maka kalian tinggal mengikuti jalan Raya Denpasar – Gilimanuk – Jalan Widuri atau Cempaka – Jalan Arjuna – Tanah Astri – Raya Angantaka – Sibang Gede di Abiansemal.

Selanjutnya kalian arahkan kendaraan ke arah jalan kedugung besakih. Kalian tinggal mengikuti jalan ini hingga sampai di titik lokasi.

Bandara Ngurah Rai

Jika kalian memulai titik perjalanan dari arah bandara Ngurah Rai. Jalan untuk sampai ke Pura Besakih dapat kalian tempuh lewat Jalan By pass Ngurah Rai – ke Prof Dr. Ida Bagus Mantra – Jl. Raya Besakih di Menanga – Jl. Kedugung Besakih kemudian kalian tinggal mengikuti jalan ini sampai kalian tiba di titik lokasi wisata.

Jam Operasional

Pura Besakih dibuka setiap harinya mulai dari pukul 07.00 – 17.00 WITA.

Harga Tiket Masuk

KategoriHarga Tiket
Harga tiket masukRp30.000/ orang
Parkir motorRp2.000
Parkir mobilRp3.000

Tips

  • Menjaga tutur kata serta sikap saat ketika berada di dalam kompleks pura suci ini.
    Jika kalian hendak mengambil gambar, maka kalian ambillah dari arah samping atau belakang umat yang tengah beribadah. Jangan sekali-kali untuk membidik gambar di depan umat sebab dapat mengganggu aktivitas ritual maupun upacara adat.
  • Untuk kaum perempuan yang tengah haid, terdapat larangan untuk memasuki kompleks pura. Sehingga, jangan sekali kali memaksakan diri untuk memasuki kompleks pura agung suci ini jika kalian tengah haid atau datang bulan.
  • Walaupun kalian bukan beragama Hindu, jika kalian hendak memasuki kompleks Pura Besakih kalian wajib untuk menggunakan udeng atau penutup kepala khas Bali serta kamen (sejenis sarung).
    Sehingga kalian jangan lupa untuk membawa dua benda itu ya.
  • Pakailah pakaian yang sopan pada saat kalian ingin berkunjung ke Pura Besakih. Hal ini memiliki tujuan guna menghormati umat yang tengah beribadah ataupun menghormati status pura sebagai tempat peribadatan.
  • Jika kalian memerlukan jasa pemandu wisata untuk mendampingi serta menjelaskan seluk beluk dari Pura Besakih, ada banyak jasa pemandu yang tersedia di area pintu masuk retribusi Pura Besakih.
    Tarif pemandu ini dibandrol dengan harga sekitar Rp175.000 per orang tergantung dengan tawar menawar yang nantinya akan kalian sepakati dengan pihak pemandu wisata.
Photo of author

Dwi Okta

Mahasiswi jurusan pariwista di salah satu Universitas di Indonesia.