Museum Bahari Jakarta: Koleksi & Harga Tiket Masuk 2024

[man-table-summary id=”museumbahari”]

Museum Bahari – Seperti yang telah kita ketahui, dulunya kota Jakarta disebut sebagai Sunda Kelapa, yang sekarang hingga sampai sekarang telah mengalami banyak sekali perubahan.

Dari banyaknya perubahan yang berlangsung di kota ini selama beberapa dekade, menara pengawas yang dibangun oleh bangsa Belanda masih ada serta berdiri kokoh.

Hal tersebut juga berlaku dengan galangan kapal VOC serta gudang rempah-rempah, yang hingga kini masih tetap berdiri dengan tegas.

Meskipun dalam waktu sekarang galangan kapal sudah dialih fungsikan sebagai restoran dan kafe. Namun gudang rempah dijadikan sebagai Museum Bahari Jakarta.

Pada mulanya, area dari Sunda Kelapa ini adalah area perniagaan tersibuk, ramai serta dijaga ketat oleh tentara bangsa Belanda.

Berbagai kapal besar saling hilir mudik untuk mengangkut berbagai jenis rempah yang nantinya akan di bawa ke kawasan Eropa serta beberapa negara lain yang ada di dunia.

Hasil kekayaan bumi Nusantara itu memang menjadi komoditas yang penting untuk perusahaan dagang Belanda pada kala itu.

Sejarah

museum bahari jakarta
instagram: @me_maharlu

Pada waktu masa Pemerintahan Belanda, Museum Bahari Jakarta merupakan suatu gudang yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan, memilih, serta mengepak hasil bumi layaknya rempah-rempah.

Rempah – rempah tersebut pada masa itu menjadi komoditas utama dari VOC Belanda yang sangat laku di jual di pasaran.

Bangunan museum bersejarah yang ada di kota Jakarta ini letaknya ada di samping persis muara Ciliwung yang mempunyai dua sisi utama.

Sisi barat dikenal dengan sebutan Gudang Barat atau Westzjidsche Pakhuizen (yang dibangun melalui beberapa tahapan sejak pada tahun 1652 – 1771).

Lalu bagian sisi timur dikenal dengan sebutan Gedung Timur atau Oostzjidsche Pakhuizen.

Gudang barat itu terdiri dari adanya empat bangunan serta tiga unit lain yang pada waktu sekarang ini dimanfaatkan sebagai bangunan untuk Museum Bahari.

Gedung itu pada zaman dulu dipakai sebagai ruangan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC dari kekayaan rempah Nusantara. Seperti: teh, kopi, tekstil, tembaga, dan timah.

Di mana penjajahan Jepang, gedung bersejarah tersebut kemudian dialih fungsikan sebagai tempat untuk menyimpan barang logistik bagi tentara Jepang.

Pasca kemerdekaan bangsa Indonesia, gedung ini kemudian dimanfaatkan oleh PLN serta PTT untuk dijadikan sebagai gudang.

Barulah kemudian di tahun 1976, bangunan tersebut menjadi cagar budaya dan dipugar kembali serta diresmikan sebagai Museum Bahari pada tanggal 7 Juli 1977.

Peristiwa Penting

sejarah museum bahari
instagram: @dedew_nf

1. Masa pendudukan Belanda (Digunakan sebagai gudang untuk VOC)

Di masa penjajahan Belanda, bangunan dari Museum Bahari digunakan sebagai gudang untuk menyimpan hasil bumi Nusantara seperti rempah-rempah yang menjadi komoditas utama VOC.

Selan itu, VOC juga menjadikan bangunan ini sebagai tempat untuk menyimpan komoditi lain seperti kopi, teh, timah, tembaga, dan juga tekstil.

Gudang Barat atau yang juga disebut sebagai Westzijdsche Pakhuizen sekarang inilah yang menjadi gedung dari Museum Bahari dengan pembangunan bertahap mulai sejak pada tahun 1718, 1773, 1774.

Baca: Museum Basoeki Abdullah

2. 1942 – 1945 (Gudang untuk tentara Jepang)

Pada saat berlangsungnya Perang Dunia ke II sekitar pada tahun 1942 – 1945, Indonesia berada pada masa pendudukan Jepang.

Gedung museum ini pada masa itu digunakan sebagai tempat untuk menyimpan barang logistik bagi tentara Jepang.

3. Pasca Kemerdekaan (Gedung untuk PLN dan PTT)

museum bahari jakarta utara
instagram: @komunitas_historiouw

Selepas kemerdekaan Indonesia, gedung ini dimanfaatkan oleh PLN serta PTT untuk dijadikan sebagai gudang.

4. Gedung Bersejarah

Gedung Museum Bahari serta Menara Syahbandar kemudian ditetapkan menjadi bangunan bersejarah yang telah dilindungi oleh:

  • Undang – Undang Monumen, Monumenten Ordonnantie 1931 (Staatsblad Nomor 238, Tahun 1931)
  • Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. CB. 11/1/12/72 tanggal 10 Januari 1972.

Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu wujud kepedulian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang pada kala itu tengah dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin.

Beliau sangat prihatin pada usaha perlindungan serta pelestarian bangunan tua yang bersejarah. Hal tersebut juga bukan tanpa tujuan, beliau ingin meningkatkan kesadaran rakyat Indonesia mengenai pentingnya arti sejarah nasional serta sejarah dari perkembangan kota Jakarta.

5. 1976 (Pemugaran)

Di tahun 1976, gedung dari museum ini pertama kali dilakukan pemugaran.

6. 30 JUNI 1977 (Penyelenggaraan Museum Bahari)

Di tanggal 30 Juni 1977, Gubernur DKI Jakarta yang bernama Letjen Marinir Ali Sadikin bersama dengan Laksamana Muda TNI (Laut) Haryono Nimpuno selaku Direktur Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan bersepakat untuk melakukan kerjasama untuk mengadakan Museum Bahari di kota Jakarta.

Maksud dari tujuan kerjasama tersebut yaitu sebagai upaya dalam:

  • Memelihara
  • Menyelidiki
  • Mengembangkan sekaligus mengumpulkan objek & barang berharga untuk kepentingan budaya berupa:
    • Koleksi benda bersejarah
    • Alat – alat bersejarah
    • Naskah Angkutan Laut (kemaritiman) dilihat dari sisi historis dan juga teknis.

7. 7 Juli 1977 (Peresmian)

Museum Bahari dengan Menara Syahbandar kemudian diresmikan di tanggal 7 Juli 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta yang bernama Letjen Marinir Ali Sadikin.

8. 1993 (Bangunan Cagar Budaya)

Di tahun 1993, sesuai dengan adanya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 mengenai Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah yang ada di DKI Jakarta sebagai Benda Cagar Budaya, Museum Bahari serta beberapa bangunan bersejarah lain di kota Jakarta berhasil ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada rangka usaha untuk melestarikan berbagai bangunan yang bersejarah.

Baca: Museum Bank Indonesia

9. 16 Januari 2017 (Peristiwa Terbakarnya Museum Bahari Jakarta)

museum bahari terbakar
instagram: @detikcom

Museum Bahari Jakarta juga memiliki rekam jejak pait seperti sempat mengalami kebakaran di tanggap 16 Januari 2017.

Kebakaran itu berlangsung pada jam 08.55 WIB, yang menyebabkan terbakarnya beberapa koleksi yang ada di dalam museum.

Bahkan peristiwa tersebut juga berhasil menghancurkan beberapa sisi bangunan serta koleksi di museum. Api secara brutal membabat gedung Museum Bahari Jakarta yang ada di sisi Gedung A Blok 1 serta Gedung C Blok 1 dan juga 2.

Koleksi yang terbakar di lantai 2 Gedung C juga adikenal sebagai ruang pameran Perang Laut Jawa.

Ruang pameran Perang Laut Jawa itu di dalamnya berisikan beberapa benda yang disumbangkan oleh kedutaan luar yang bekerja sama dengan Museum Bahari ini.

Kedutaan luar tersebut antara lain:

  • Kedutaan Amerika
  • Kedutaan Australia
  • Kedutaan Belanda
  • Kedutaan Inggris.

Koleksi

peristiwa sejarah
instagram: @cheesetaa

Museum Bahari Jakarta memiliki 126 koleksi yang berupa berbagai benda sejarah kelautan.

Koleksi utamanya yaitu kapal serta beberapa perahu niaga tradisional. Diantara dari puluhan miniatur yang dipamerkan di dalam museum, ada 19 koleksi perahu asli serta 107 buah miniatur, serta foto-foto & biota laut.

Museum Bahari memiliki tugas sebagai tempat untuk melestarikan, merawat, serta menyajikan beragam koleksi yang berkaitan dengan kehidupan kebaharian serta  kenelayanan di negara Indonesia.

Koleksi di dalam museum ini di tata sedemikian rupa lengkap dengan informasi pelengkap yang terbagi di dalam beberapa pembagian ruang, antara lain sebagai berikut:

1. Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia

Di dalam ruangan ini terdapat koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Miniatur kapal
  • Peralatan untuk nelayan.

2. Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Teknologi
  • Sentra pembuatan kapal.

3. Ruang Navigasi

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Teleskop
  • Kompas
  • Sejumlah alat bantu navigasi.

4. Ruang Teknologi Menangkap Ikan

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Pancing
  • Bubu
  • Jaring.

5. Ruang Pelabuhan Jakarta 1800 – 2000

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Artefak yang berkaitan dengan sejarah pelabuhan yang ada di kota Jakarta
  • Meriam
  • Benteng
  • Keramik.

6. Ruang Biota Laut

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti:

  • Aneka jenis ikan
  • Kerang
  • Dugong
  • Tumbuhan laut.

7. Pelayaran Kapal Uap Indonesia – Eropa

Di dalam ruangan ini koleksi yang dipamerkan seperti: foto dokumentasi yang berhubungan dengan pelayaran kapal uap pertama dari Eropa menuju Asia.

Diantara berbagai koleksi museum tersebut antara lain:

  • Perahu tradisi asli Lancang Kuning (Riau)
  • Perahu Phinis Bugis (Sulawesi Selatan)
  • Jukung Karere (Irian) yang berukuran panjang 11 meter
  • Miniatur Kapal VOC Batavia
  • Miniatur Kapal Latih Dewa Ruci
  • Biota laut
  • Foto sejarah
  • dan yang lainnya.

8. Koleksi Lainnya

Beberapa koleksi museum lainnya antara lain:

  • Jangkar
  • Teropong
  • Alat-alat navigasi
  • Model mercusuar
  • Aneka ragam meriam
  • Koleksi biota laut dan ikan dari perairan Indonesia
  • Folklore adat – istiadat masyarakat nelayan Nusantara
  • Kebaharian Indonesia
  • Matra TNI Angkatan Laut
  • Taman Purbakala Pulau Onrust
  • Kartografi
  • Tokoh pahlawan kerajaan maritim Nusantara
  • Foto perjalanan kapal KPM.

Koleksi Perahu

Koleksi Perahu
instagram: @komunitas_historiouw

Berikut ini adalah beberapa koleksi perahu yang ada di dalam Museum Bahari, antara lain:

1. Perahu Lancang

Istilah dari kata Lancang memiliki arti perahu.

Di zaman dulu, perahu jenis lancang ini dikenal berasal dari Banten, Kalimantan, serta Sumatera. Museum Bahari Jakarta mempunyai koleksi perahu Lancang kuning yang dulunya adalah perahu pesiar untuk raja beserta keluarganya.

Baca: Museum Tekstil

2. Perahu Phinisi

Kapal tipe Phinisi adalah jenis kapal layar yang memakai jenis layar sekunar lengkap dengan dua tiang serta tujuh helai layar.

Hal tersebut memiliki arti jika nenek moyang negara Indonesia sanggup untuk mengarungi tujuh samudera besar yang ada di dunia.

Kapal jenis ini dibangun di awal abad ke-20 oleh pengrajin perahu Ara serta Lemo-lemo. Kapal Phinisi yang pertama diciptakan bagi seorang nahkoda Bira, Kampung yang berasal dari Sulawesi.

Kapal Phinisi buatan pertama ini memiliki ukuran kecil dengan diameter panjang 10 – 15 meter serta memiliki daya tampung 20 – 30 ton.

Perahu jenis ini sering dimanfaatkan oleh Tentara Jepang sebagai bentuk kebutuhan perang dalam Perang Dunia II, sehingga sering menjadi target serangan udara serta laut dari lawannya.

Meskipun armada phinisi pada kala itu ditenggelamkan, namun pelayaran tradisional tetap menjadi salah satu pilar utama sebagai pengembangan Republik Indonesia yang baru selepas negara Jepang menyerah.

3. Perahu Gelati

Gelati merupakan salah satu jenis perahu nelayan yang mempunyai peran penting pada daerah Selat Bali.

Perahu jenis ini juga sering disebut sebagai Jung Raje oleh orang Madura. Perahu ini dulunya sangat banyak di dermaga pada pelabuhan perikanan yang ada di sepanjang pantai Utara Jawa.

Rangka badan dari perahu ini memiliki bahan dasar berupa kayu jati. Perahu jenis ini mempunyai diameter panjang 12 meter serta lebar 2,6 meter dan memiliki awak 18 orang.

Pada waktu pelayaran, lagu-lagu tradisional disetel melewati pengeras suara yang sudah dipasang di setiap sudut layarnya. Layar Perahu Gelati memiliki bentuk segitiga.

Fasilitas

  • Area parkir
  • Akses untuk anjing penuntun
  • Sewa kursi roda
  • Tempat penitipan barang
  • Pengambilan foto dengan menggunakan lampu blitz dan perekaman video
  • Toilet dan kamar mandi
  • Tempat sampah
  • Tempat duduk
  • Spot foto

Lokasi

Museum Bahari berada di alamat: Jl. Ps. Ikan No.1, RT.11, Penjaringan, Kec. Penjaringan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14440.

Rute

Stasiun terdekat dengan lokasi wisata:

  • TAMAN Suropati berjarak 181 meter , dengan berjalan 3 menit.
  • Museum Proklamasi berjarak 321 meter , dengan berjalan 5 menit.
  • Jalan Madiun berjarak 553 meter , dengan berjalan 8 menit.
  • Polsek Latuharhari berjarak 611 meter , dengan berjalan 8 menit.
  • RS Mata Menteng berjarak 677 meter , dengan berjalan 9 menit.

Jalur kereta yang berhenti dekat dengan lokasi wisata:

  • Jakarta Kota – Manggarai – Bekasi – Cikarang
  • Jatinegara – Angke – Depok – Nambo

Jalur bis yang berhenti dekat dengan lokasi wisata:

  • Kampung Melayu

Jam Operasional

Museum Bahari buka setiap hari Selasa – Minggu mulai dari pukul 09.00-15.00 WIB. Senin tutup.

Harga Tiket Masuk

KeteranganHarga
HTM DewasaRp5.000
Pelajar & MahasiswaRp3.000
Anak-anakRp2.000

Tips

  • Datanglah pada hari biasa/ hari kerja, sebab pada waktu hari libur tiba, akan ramai dipadati dengan para wisatawan.
  • Apabila kalian datang dengan membawa anak – anak, pastikan tidak jauh dari jangkauan kalian.
  • Membawa uang cash secukupnya.
  • Menggunakan pakaian yang sopan.
  • Mentaati seluruh peraturan yang ada di tempat wisata
  • Menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Bersikap sopan ketika berada di area museum.
  • Tidak boleh mengambil gambar dengan menggunakan tripod.
  • Tidak boleh membawa makanan ke dalam area museum.

Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

Ada apa di Museum Bahari?

Museum Bahari memiliki tugas sebagai tempat untuk melestarikan, merawat, serta menyajikan beragam koleksi yang berkaitan dengan kehidupan kebaharian serta kenelayanan di negara Indonesia. Diantaranya seperti: kapal, Jangkar, Teropong, Alat-alat navigasi, Model mercusuar dan lainnya. Selengkapnya ada di dalam artikel ini.

Dimana alamat dari Museum Bahari?

Museum Bahari terletak di kota Jakarta Utara, tepatnya berada di alamat: Jl. Ps. Ikan No.1, RT.11, Penjaringan, Kec. Penjaringan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14440.

Jam buka Museum Bahari?

Museum Bahari buka setiap hari Selasa – Minggu mulai dari pukul 09.00-15.00 WIB. Senin tutup.

Berapa harga tiket masuk Museum Bahari?

Untuk kalian yang hendak berkunjung ke Museum Bahari akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp5.000 untuk dewasa, Rp3.000 untuk pelajar dan mahasiswa, serta Rp2.000 untuk anak – anak.

Photo of author

Dwi Okta

Mahasiswi jurusan pariwista di salah satu Universitas di Indonesia.